Senin, 13 Maret 2017

Salah Pilih Pasangan bisa Membahayakan Mental Anak-Anakmu

Baca Juga


Sahabat Ummi, memilih pasangan (suami/istri) tidak seperti memilih baju di swalayan. Pokoknya cepat, pokoknya lagi ada diskon, pokoknya terlihat bagus, pokoknya bisa lebih keren daripada tetangga sebelah. Bukaan, tidak senaif itu.

Pasangan kita kelak akan menjadi ibu/ayah dari anak-anak kita. Yang logikanya, memilih pasangan juga berarti memilihkan anak-anak kita orangtua.

Maukah anak kita dididik oleh sosok yang temperamental?

Maukah anak kita sehari-hari berada di tangan sosok yang kalau marah-marah seperti orang kesurupan terus setelah itu bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa?

Maukah anak kita dididik sosok yang enggak mau meng-upgrade ilmu dan merasa pendapatnya saja yang benar?

Tegakah anak kita dididik oleh sosok yang suka tebar pesona, tidak memikirkan keluarga?

Bisakah melihat anak kita dididik oleh sosok yang tidak ngeh bahwa setiap anak itu unik dan berpotensi sehingga yang ada hanya membandingkan dan membandingkan?

Maukah anak kita dididik oleh sosok yang hobi mendoktrin aneh-aneh hanya karena belum tuntas dengan kemarahan di masa lalu?

Sementara, anak adalah sosok suci tak berdosa. Apakah pantas anak-anak dijadikan pelampiasan kebelumdewasaan atau bahkan ketidakdewasaan orangtuanya?

Sahabat Ummi, tanpa harus bertanya ke tetangga sebelah, hati nurani kita sudah bisa menjawabnya.

Memilih pasangan nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak hanya didasarkan alasan cantik, ganteng, pintar, kaya, atau serupa.

Memang tidak akan pernah ada manusia yang sempurna. Tapi poinnya adalah maukah seseorang tsb belajar dari kesalahan baik kesalahan sendiri maupun orang lain. Maukah seseorang itu melunturkan egonya dan berusaha belajar menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Yang seperti inilah yang layak dijadikan pasangan. Bersama orang yang mau belajar (tidak merasa paling pintar, paling suci, & paling benar), kita akan bisa membangun peradaban yang bahagia luar dalam tidak hanya sekadar penampakan pencitraan atau kata orang. In syaa Allah. Aamiin.



Penulis:

Miyosi Ariefiansyah atau @miyosimiyo adalah istri, ibu, penulis, & pembelajar. Rumah mayanya ada di www.rumahmiyosi.com

Related Posts

Salah Pilih Pasangan bisa Membahayakan Mental Anak-Anakmu
4/ 5
Oleh