Selasa, 09 Mei 2017

Mengurus yang Dijemput Maut

Baca Juga

Sahabat Ummi, lazim di masyarakat kita, jika ada seseorang meninggal dunia, keluarga almarhum akan meminta bantuan orang lain yang memiliki keahlian untuk mengurus jenazah. Mereka juga harus menyediakan sejumlah dana untuk membeli kafan, menyiapkan makam, dan lain sebagainya.



Bagai sebuah bisnis, kondisi tersebut dimanfaatkan segelintir orang yang memiliki keahlian mengurus jenazah dengan memasang tarif tertentu untuk memandikan jenazah. Jika almarhum atau almarhumah berasal dari keluarga tidak mampu, tentu hal tersebut terasa sangat memberatkan. Padahal pengurusan yang layak dan sesuai dengan tuntunan Islam adalah hak setiap Muslim, tanpa memandang kemampuan ekonominya.



Berangkat dari hal di atas, Tarsi Yaun (40) dan beberapa temannya membidani lahirnya Yayasan Baitul Kafan yang bermarkas di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Melalui yayasan ini, mereka aktif menyelenggarakan daurah janaiz (pelatihan pengurusan jenazah) dan program lainnya yang terkait hal tersebut.



“Kami sebisa mungkin membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan dengan mengurus jenazah secara layak dan tanpa dipungut biaya. Kafan dan sebagainya pun dari kami,” ujar Yaun. Bahkan pada mulanya yayasan ini juga mengadakan tabungan untuk pengurusan jenazah sebesar Rp10.000 per bulan untuk setiap kepala keluarga. Tabungan ini diikuti oleh 200 KK di wilayah Kecamatan Jatiasih.



“Maksud kami waktu itu, keluarga yang memiliki tabungan akan terjamin pengurusan jenazah anggota keluarganya, termasuk sudah ditentukan di mana mereka akan dikuburkan,” jelas Yaun. Namun karena beberapa hal, termasuk terbatasnya sumber daya yang bisa mengurus tabungan tersebut, di tahun ketiga program  tabungan tersebut dihentikan dan uang dikembalikan ke para anggota. “Tapi beberapa anggota tidak bersedia dikembalikan uangnya. Mereka ikhlas, uang tersebut diinfakkan untuk kegiatan pengurusan jenazah,” sambungnya.



Mengurus Jenazah untuk Fakir Miskin



Jika di Jatiasih ada Tarsi Yaun dengan Yayasan Baitul Kafan, maka di Depok  ada Widi Heryani (49) yang berpengalaman selama 13 tahun mengurus jenazah. Berkat keahliannya ini, Widi kerap menjadi instruktur dalam daurah janaiz yang diselenggarakan oleh lembaga lain.



Dalam Islam, pengurusan jenazah yang dimulai dari memandikan, membungkusnya dengan kain kafan, menshalatkan, hingga menguburkan, berstatus hukum fardhu kifayah. Artinya, wajib bagi setiap Muslim untuk melakukan hal tersebut, namun kewajiban tersebut akan akan gugur jika sudah ada Muslim lain yang menunaikannya. Akan tetapi bukan berarti kita berlepas tangan terhadap hal penting ini.



Oleh sebab itulah, daurah janaiz diselenggarakan oleh pihak-pihak yang memiliki kepedulian. Tujuannya, mencetak tenaga-tenaga baru yang memiliki keahlian dalam mengurus jenazah. Dalam daurah yang biasanya berlangsung selama beberapa jam itu, para peserta akan diberikan materi berupa teori juga praktik terkait dengan pengurusan jenazah.



Mengurus jenazah memang membutuhkan kekuatan mental dan iman tersendiri. Salah satu pertimbangannya adalah karena tak setiap orang mampu menghadapi kondisi jenazah yang berbeda-beda. Kisah akhir kehidupan seseorang memang tak lepas dari qadarullah. Ini membuat tak semua orang wafat dalam wujud jasad yang utuh dan terbilang baik.



Widi sendiri tak mampu menghitung berapa kali ia harus berhadapan dengan kondisi jenazah mengenaskan, yang bisa membuat mata berkunang-kunang atau kepala berputar bagi kalangan awam. Belum lagi jika sisa cairan atau kotoran dari dalam jasad terus keluar, meski sudah disumbat.



Untuk mengantisipasi hal tersebut, Widi memiliki cara tersendiri. “Setiap kali mendapat panggilan untuk mengurus jenazah, ada tiga hal yang saya tanyakan. Usianya berapa, meninggalnya karena apa, dan ada luka atau tidak yang membuat saya perlu melakukan persiapan,” tutur Widi, mengemukakan persiapan mental mengawali prosesi pengurusan jenazah. Oleh sebab itu, Widi menganggap kemampuan yang dimilikinya semata-mata adalah anugerah dari Allah swt, mengingat ia selalu merasa ada yang menjaga hati dan panca indranya saat menunaikan tugas.



Dengan sepenuh hati, Widi menyadari bahwa keahliannya dalam mengurus jenazah bukanlah pekerjaan profesional yang melulu berimbas pada peningkatan penghasilan. Widi sendiri sebetulnya adalah pengusaha biro perjalanan umrah dan haji. Meski begitu, ia berupaya agar selalu siap 24 jam melayani panggilan pengurusan jenazah bagi kaum fakir miskin. “Kebahagiaan yang luar biasa jika saya bisa menolong orang dengan apa yang saya bisa,” ujarnya diiringi senyum. Padahal, dalam sehari, Widi tak jarang harus menjalankan tugas tersebut beberapa kali.



Pengalaman selama belasan tahun mengurus jenazah membuatnya semakin yakin akan peran utama amal shalih yang akan mengantar seseorang hingga akhir kehidupan. “Yang saya lihat, orang yang amal shalihnya banyak, mengurus jenazahnya itu terasa sangat mudah,” ujar Widi.

Suci Haryati, Aida Hanifa


Sumber : http://www.ummi-online.com/mengurus-yang-dijemput-maut.html

Related Posts

Mengurus yang Dijemput Maut
4/ 5
Oleh